Dia hanya berpindah alam bukan pergi

Hari itu cindil masih mondar-mandir di dalam rumah, mendengar berita yang tidak diharapkan, keadaan sapun di rumah sakit semakin hari semakin memburuk, di tambah cindil seperti mendapat informasi yang mengarah ke sesuatu yang tidak di inginkan. sedangkan cindil ingin menjenguk di rumah sakit, apa daya, jangakan SIM, motornya saja tidak ada STNKnya, yang ada cindil akhirnya kelimpungan, bolak-balik, mondar-mandir gak karu-karuan dirumahnya.

Dalam keadan tak tentu seperti itu, akhirnya kakak sapun dateng dan meminta untuk di temenin kerumah sakit, “wah kebeneran, aku juga pengen jenguk mas” lalu mereka berdua berjalan menuju rumah sakit, suasana dalam keadaan hujan rintik-rintik. Sesampainya dirumah sakit, terlihat istri sapun dan bapak sapun yang sudah terlihat sangat kelelahan karena mungkin sudah beberapa hari kurang istirahat.

Setelah cindil dan kakak sapun sampai, cindil meyakinkan kalo sapun tidak apa-apa walau hati cindil tidak bisa memungkiri kekhawatirannya, akhirnya bapak dan istri sapun mereka berdua langsung tidur, tinggal cindil dan kakak sapun.

“Bagaimana neh ndil” kakak sapun mengomentari sambil memegang tangan adiknya itu

“Gak papa mas, Insya Allah gpp” cindil masih menyembunyikan kekhawatiran di hatinya

“Kalo sampean capek karena mondar mandir ke rumah sakit, bolak-balik ke rumah sakit, mending istirahat dulu, biar sapun ama aku dulu mas” kata cindil

“Ya udah aku tak coba tidur barang 1 – 2 jam dulu” kata kakak sapun

Setelah kakak sapun mulai tertidur, cindil memperhatikan sekujur badan temannya yang sedari kecil bareng itu, sapun yang begitu gagah, sapun yang begitu kuat, kini terbaring lemah di kasur rumah sakit, tapi sapun tetaplah sapun, style rambutnya tidak berubah, dalam kedaan sakit dirumah sakit saja masih menggunakan kemeja rapi, gayanya masih cool, walau tidak di pungkiri badannya sudah menjadi kurus. Ketika cindil sedang memperhatikan temannya itu mendadak temannya terbangun dan merintih kesakitan, karena sekujur badannya terasa sakit.

Bahkan sebelum dibawa kerumah sakit, cindil pernah memukul kaki sapun saat sedang kesakitan dengan sekuat tenaga, dan kata sapun, dia tidak merasakan pukulan cindil yang keras, kalo dalam keadaan normal, seharunya pukulan cindil itu paling tidak bikin meringis kesakitan, tetapi ternyata sakit yang di alami badan sapun, lebih sakit di banding pukulan cindil.

“Kenapa kamu pun?” kata cindil seolah-olah cuek

“Sakit banget ndil, DOKTER TOLONG DOKTER” sapun berteriak setelah menjawab pertanyaan cindil

“HEH ! yang bisa sembuhin kamu cuma gusti Allah, bukan dokter !” cindil meninggikan suara

Lalu sapun terdiam sambil terus meringis kesakitan

“Ndil, kalo aku mati pie?” kata sapun dengan lirih

“Ya di kubur” Cindil  menjawab masih berusaha cuek

“Terus anak-anaku gimana? istriku gimana? bapaku gimana? kakaku gimana?” sapun meneruskan omongan

“Lah, anak, istri, bapak, kakak, itu hanya drama dan peran di alam dunia ini, kamu hanya berperan sebagai sapun saat ini, begitu juga aku, begitu juga semuanya, ketika kita selesai berperan, maka kita akan kembali ke kesajitan yang hakiki jadi slow wae lah” cindil nyrocos

“Pegang tanganku ndil” pinta sapun

Lalu cindil memegang tangan sapun, kemudian sapun membelai-belai wajah cindil, itu juga di lakukan ke kakaknya, ke istrinya dan ke bapaknya, cindil hampir tidak bisa menahan air mata, cuma cindil berusaha kuat di depan sapun.

“Kok kamu kaya LGBT pun?” tanya cindil

“Opo itu LGBT ?” tanya sapun

“lesbi gay bis*x transgender pun ! singakatan ngetrend kok gak tau !” kata cindil

“Wasyu, iyo yo, ngopo aku kaya LGBT ngene, wah ndil kita terbawa suasana” jawab sapun

“untung kita gak sampai ciuman bibir” jawab cindil

Sapun dan Cindil tertawa berdua, tapi sapun tertawa dengan rasa sakitnya, Cindil tertawa dengan rasa sedihnya, setelah itu mereka terdiam cukup lama lagi.

“Ndil aku kangen kanjeng nabi” sapun membuka obrolan kembali

“Itulah kerinduan yang sejati pun” jawab cindil

“Kita berteman dari kecil pun, tetapi aku tidak akan bisa membantumu kelak di alam sana, tapi kalo kita bisa gondelan di jubahnya kanjeng nabi muhammad dengan erat, itu yang akan menjadi penyelamat di alam sana kelak, karena itu teman sejati, guru sejati, dan kekasih sejati adalah kanjeng nabi muhammad, dan sejatinya teman, sejatinya guru dan sejatinya kekasih adalah Gusti Allah” cindil melanjutkan omonganya

Mata sapun menatap langit-langit rumah sakit, lalu bergumama lirih di bibirnya “allahuma sholi’ala sayidina muhammad”. Lalu sapun menatap muka cindil erat-erat dan berkata “EH ndil, pada sholawat nariyahan yuk” dan cindilpun menjawab “yuk”

Setelah mereka bersholawat sampai pagi, kakak sapun terbangun, istri dan bapaknya pun terbangun karena akan melaksanakan subuhan, setelah siang kakak sapun dan cindil berpamitan untuk pulang, dan setelah itu beberapa hari selanjutnya, sapun dibawa pulang karena keadaanya belum membaik.

Ketika dirumah sapun terus merasakan kesakitan yang luar biasa, bibirnya hanya mengucap istighfar dan selalu berkata “Ya allah yang memberi kekuatan, sesungguhnya hamba adalah makhluk yang lemah, dan hanya engkaulah yang mampu memberikan kekuatan pada hamba-hamba yang lemah seperti hamba, lemah iman, lemah pemikiran dan lemah fisik” kata-kata ini yang selalu keluar dari mulu sapun selama masa sakitnya.

Ketika cindil menjenguk sapun dirumahnya, mereka berdua hanya terdiam tenggelam dalam pikiran masing-masing, dan sehari sebelum meninggal, ketika mereka hanya berduaan di dalam kamar sapun, sapun berkata.

“Ndil, kerinduanku ke kanjeng nabi dan gusti Allah makin menjadi” sapun membuka obrolan

“Iya pun” cindil menunduk

“Aku merasa bahwa kontrak hidup di alam dunia ini sudah hampir habis” sapun melanjutkan

“Iyo pun” jawab cindil

“Aku tau kok ndil, kamu juga merasakan, tapi kamu berusaha menutupi kesemua orang, sebab itu juga yang aku lakuin sekarang”

“Tapi ndil, kamu jangan bilang tentang ini ke bapak, ibu, istri, kakaku yo” sapun melanjutkan omongan

“gak, slow wae, tapi aku tulis di anaksantai” jawab cindil

Sapun menghela nafas “ya wis terserah kamu wae” kata sapun melanjutkan

“yo kamu mau protes juga gak bakal bisa kan” jawab cindil

Dan akhirnya di pagi hari, sapun telah berpindah alam, raganya sudah menjadi kaku, cindil dan teman-teman yang lain menangis sesunggukan, seakan masih belum rela jika harus berpisah raga dengan sapun, yang selalu bersama sedari dulu, suka, duka, bahagia, semua sudah di lewati bersama.

Bahkan cindil sendiri hampir tidak kuat lagi menopang badannya sendiri dan semua terasa lemas saat melihat sahabat, saudara, dan temannya itu sudah dalam keadaan seperti itu, walau jelas terlihat senyum di raut wajah sapun.

Setelah 7 hari sapun pergi meninggalkan dunia yang fana ini, hati dan pikiran cindil  mulai stabil, tapi bayangan-bayangan sapun, kenangan-kenangan masa lalu masih membekas di hatinya, dan masih terlihat jelas, kenangan-kenangan dari dahulu sampai terakhir menghembuskan nafas, cindil masih ingat betul.

Setelah pulang dari tempat sapun untuk melakukan tahlil, cindil duduk termenung sendiri, lalu tanpa terasa badanya mulai lemas dan ngantuk, cindil merasa lelah sekali, padahal itu bukan jam cindil tidur, cindil pun tertidur, tetiba cindil di kagetkan dengan suara.

“assalamu’alaikum”

Cindil terkaget dan terbangun “walaikumsallam” jawab cindil sambil agak sewot karena tidurnya terganggu, tapi cindil terbelalak, karena yang datang adalah sapun.

“Lah, kok kamu disni pun?” cindil kaget

“Ho`oh iki, aku dizinin ke alam sini” jawab sapun

“Aku mau protes” sapun menjawab lagi

“Protes opo, wis meninggal kok masih sempet-sempetnya protes” cindil mulai menyalakan rokoknya

“Air mata tangisanmu cuk ! bikin aku susah berjalan di sana, gak cuma kamu, semuanya air mata mereka yang menetes membuat aku susah berjalan” sapun agak uring-uringan

“Lah sek to, emang pie?”

“Lah aku disana itu jalanya jadi susah sebab air mata kalian, kesedihan kalian, membuat aku susah disana”

“Lah aku mana tau pun, wong namanya gitu ya pasti aku sedih” jawab cindil

“Ya udah pun ngrokok dulu, masih ngerokok gak?” lanjut cindil

“Gak !” sapun menimpali

“Lah pie, haram po rokok?”

“Mbuh!”

“Cie ngambek”

“Gak ndil, buat apa ngambek, sekarang aku udah enak, tidak terikat ruang dan waktu lagi, gak ada ngambek dalam kamusku sekarang, gak ada kesedihan, gak ada kesakitan dan gak ada kepedihan”

 

 



Untuk Melihat Tips/triknya silahkan Klik Dia hanya berpindah alam bukan pergi
Dia hanya berpindah alam bukan pergi Hari itu cindil masih mondar-mandir di dalam rumah, mendengar berita yang tidak diharapkan, keadaan sapun di rumah sakit semakin hari semaki...

0 Response to "Dia hanya berpindah alam bukan pergi"

Post a Comment